Pages

Selasa, Februari 16, 2016

Untukmu Harmoni Tangga Pertama



Jika mengikut kata hati, Saya pasti sudah terjatuh.
Jika menurut perasaan, Saya pasti sudah mengharu biru.
Syukurku ber Tuhan.
Memelukku disaat meragu.
Menuntunku disaat menyimpang.
Dan Menemaniku disaat sendiri.

Manusia, adalah makhluk lemah, dengan keraguannya.
Namun daku, manusia ‘kuat’ karena Tuhanku.
Aku adalah antitesis ketidakpastian.
Membenci abu-abu.
Menolak yang semu.

Hari berulang hari.
Tahun berganti tahun.
Hanya ‘tanda dan isyarat’ yang menuntunku, untuk berasumsi.
Dan semua ‘isyarat’ yang engkau tunjukkan.
Membuatku mengenal, arti ingin menyerah.
Namun daku adalah makhluk indera.
Tak pernah bisa menerima ‘tanda, apalagi isyarat’.
Karena ‘tanda dan isyarat’ adalah persekongkolan ketidakpastian.

Wahai engkau yang berambut terurai.
Bermata bening, menembus hati.
Berkulit putih, menyemburu awan.
Datanglah, penuhi undanganku.
Akan aku sambut engkau, laksana mutiara langit.

Janganlah engkau menakut, apalagi berprasangka.
Karena Aku mengundang, untuk mengikis ketidakpastian.
Mendobrak ketakutan, dan kehati-hatianmu.
Serta, Mengajarkan arti kuat pada jiwaku yang lemah.
Untukmu, Engkau sang pemegang jawaban.

00:05 16/02/2016